Keistimewaan Para Nabi Yang Tidak Dimiliki Manusia Biasa

Surabaya (Al-Iqab) - Para nabi dan rasul adalah manusia-manusia
terbaik pilihan Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk
mengemban risalahnya. Mereka Allah pilih sebagai
penyambung antara Allah dan para hamba-Nya di
muka bumi ini. Para nabi dan rasul ini juga
memiliki keistimewaan tertentu dan diantaranya tidak dimiliki oleh
manusia biasa. Yang perlu kita ingat adalah, setiap Allah
memuliakan para nabi dan rasul, berarti beban
syariat mereka lebih banyak atau lebih besar dari
manusia biasa. Demikianlah adanya, ketika
kemuliaan bertambah maka beban syariat
semakin besar. Sebagai contoh, seorang laki-laki secara jenisnya lebih
utama disbanding wanita,
maka beban syariat untuk laki-laki lebih besar
disbanding wanita. Allah berfirman,
"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum
wanita, oleh karena Allah telah melebihkan
sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan
karena mereka (laki-laki)
telah menafkahkan sebagian dari harta
mereka." (QS. An Nisa: 34) Dalam ayat ini laki-laki memiliki beban syariat
berupa kewajiban member nafkah bagi istrinya,
sedangkan perempuan tidak dibebankan
demikian. Laki-laki juga diwajibkan shalat 5
waktu secara berjamaah di masjid, sedangkan
wanita tidak, berjihad, dll. Demikian juga para nabi dan rasul, rasul lebih
mulia daripada nabi, dan diantara para rasul ada
ulul azmi yang lebih mulia dari rasul-rasul lainnya,
maka semakin mulia, semakin bertambah beban
syariat. Diantara keistimewaan nabi dan rasul adalah: Para nabi
dan rasul memiliki fisik yang lebih baik
dari manusia biasa. Sebagaimana Nabi Musa yang
kuat, Nabi Yusuf memiliki setengah ketampanan,
dan secara umum tidak ada nabi dan rasul yang
cacat.
Allah anugerahkan mereka akhlak yang mulia. Para nabi dan rasul
terjaga dari akhlak yang
rendah, agar orang-orang tidak mencela mereka
ketika mereka berdakwah dan menyeru kepada
kebaikan saat diperintahkan berdakwah.
Memiliki nasab atau silsilah keturunan yang baik
atau dari anak-anak keluarga yang dipandang di masyarakatnya.
Para nabi dan rasul adalah orang-orang yang
cerdas. Sebagaiman kisah Nabi Ibrahim yang
berdialog dengan ayahnya dengan cara yang
santun, berdialog dengan kaumnya dan Raja
Namrud dengan argumentasi yang tidak terbantahkan. Demikian juga nabi dan rasul
lainnya.
Kesabaran mereka tidak tertandingi. Nabi Nuh
berdakwah selama 950 tahun hanya dengan
segelintir pengikut, yang tidak lebih dari 10
orang. Para nabi menerima wahyu.
Terjaga dari dosa, apalagi sampai berbuat syirik.
Oleh karena itu, tidak bernah apa yang dikatakan
oleh orang-orang filsafat bahwasanya Nabi
Ibrahim sempat mengalami fase pencarian Tuhan.
Saat tidur, hati mereka tetap terjaga. Berbeda dengan kita manusia
biasa seperti kita, ketika
tidur maka hati kita pun tertidur; tidak berdzikir
dan mengingat Allah atau aktivitas hati lainnya.
Ketika nyawa mereka hendak dicabut, maka
Allah berikan pilihan; agar tetap kekal di dunia
atau berjumpa dengan Allah. Sebagaimana Nabi Muhammad yang memilih
"ila rofiqul a'la".
Jasad para Nabi tidak hancur di kubur-kubur
mereka.
Ketika wafat, harta mereka tidak diwariskan
akan tetapi menjadi sedekah. Oleh karena itu Abu
Bakar tidak mengabulkan Fathimah radhiallahu 'anha tentang peninggalan
Nabi Muhammad. Hal
ini yang sering dijadikan orang Syiah untuk
mencela Abu Bakar.
Dimakamkan di tempat mereka wafat.
Sebagaiman Nabi Muhammad yang wafat di kamar
ummul mukminin Aisyah radhiallahu 'anha, maka beliau di kubur di kamar
sang istri tercinta.
Para nabi dan rasul khusus dari kalangan laki-
laki, tidak dari wanita.
Para nabi dan rasul adalah orang-orang
merdeka, tidak seorang pun di antara mereka
adalah budak. Para nabi didoakan, oleh karena itu sering
disertai nama-nama Nabi dengan shallallahu
'alaihi wa sallam atau 'alaihissalam karena
shalawat adalah diantara kekhususan para nabi.
Doa para nabi, doa yang mustajab.
Para nabi dan rasul memiliki telaga di akhirat kelak untuk
umat-umat mereka. Walaupun hadis
tentang ini diperselisihkan oleh para ulama,
apakah selain Nabi Muhammad juga memiliki
telaga. Adapun tentang telaga Nabi Muhammad
para ulama sepakat tentang keshahihannya.
Para nabi dan rasul adalah orang yang tinggal di perkotaan, bukan
dari kalangan badui atau desa.
Para nabi tidak mengalami mimpi "basah",
karena mimpi yang demikian adalah mimpi yang
berasal dari setan.
Mimpi para nabi dan rasul adalah sesuatu yang
akan menjadi kenyataan. Ketika para nabi dan rasul melihat sesuatu
dalam mimpi mereka, maka
hal itu akan terjadi. Sebagaimana mimpi Nabi
Yusuf di kala kecil, melihat matahari, bulan, dan
bintang bersujud kepadanya.