Negeri Para Pejuang

Dalam memperjuangkan kemerdekaan, berbagai unsur masyarakat lintas
suku, lintas agama terlibat. Termasuk, sulit menafikan peran
tokoh-tokoh Islam, ulama, dan pemuda pemudi pesantren. Tentu saja,
sebab konsekuensi keyakinan tiada Illah selain Allah, adalah tiada
Tuan selain Tuhan, tiada penghambaan kecuali menghamba pada-Nya.
Tercatat, perjuangan Pangeran Diponegoro, yang berafiliasi dan
mendapat dukungan penuh dari kekhalifahan Turki. Kakek buyut saya
adalah salah satu pasukan Diponegoro yang menyelamatkan diri sampai
Jawa Timur, setelah Diponegoro ditangkap dan pasukannya kocar- kacir.
Demikian pula Jenderal Sudirman, pemuda Islam dambaan umat, seorang
guru sekolah Muhammadiyah. Dari kecilnya istiqamah dengan
shalat-shalat malam dan puasanya. Bahkan ketika menggembleng adik-adik
pemuda Islam dalam mukhoyyam di puncak gunung, beliaulah yang paling
sedikit tidurnya. Terjaga dan menjaga, dalam tadabbur alam dan
shalat-shalat malamnya. Tak ada yang menyelisihkan jasa-jasa beliau
perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Ketika Belanda dengan
pesawat-pesawatnya menyebar selebaran black campaign bahwa pemerintah
dan militer sudah tidak akur, militer hendak melakukan kudeta, maka
Jenderal Sudirman segera melakukan pidato radio, militer tetap bersama
pemerintah. Tidak sedikit pun syahwat untuk memporak-porandakan negara
yang baru seumur jagung ini dengan kudeta militer. Salah satu ucapan
beliau yang menggema dalam pidato-pidato radio maupun pesan-pesan
surat dari kurir ke kurir untuk menyemangati anak- anaknya (militer &
laskar rakyat) adalah.. wa laa tahinnu wa laa tahzannu.. wa antumul
a'launa in kuntum mukminiiin.. Janganlah kalian merasa hina, merasa
rendah, kecil, lemah, dan jangan bersedih hati, sesungguhnya kalian
yang paling tinggi jika beriman (Quran Surat Ali Imran: 139).
Yakinlah, sebab ini adalah perang suci, jihad, dan kalian bukanlah
tentara bayaran. Muhammad Toha, Muhammad Ramdhan dan kawan-kawan di
Bandung, adalah hasil seleksi untuk bom syahid, dalam upaya membumi
hangus persediaan amunisi Belanda yang berhasil di deteksi teliksandi
laskar rakyat, yang di simpan di Baleendah untuk persediaan perang di
Jawa 10 tahun ke depan. Pemuda-pemuda ini pilihan seleksi dari
laskar-laskar pemuda Islam. Berangkat Kamis malam dan sempat terlihat
dari lampu mercusuar sehingga dihujani tembakan. Kepada kawannya
berpesan, insya Allah esok Jum'at tugas akan kami tunaikan. Dengan
tetesan darah dari lukanya, sempat menuliskan pesan terakhir di atas
saputangan untuk orangtua dan calon istrinya. Dan benarlah, Jum'at
suci itu api membakar gudang senjata dan beberapa kampung di
sekitarnya. Bom syahid itu tidak hanya di Palestina, dia ada, di
Baleendah. Itulah wajah pemuda Islam Indonesia. Mr.Roem tokoh Masyumi,
H.Agus Salim bapak tarbiyah pencetak generasi pejuang handal macam
Mr.Roem, Kasman Singodimejo dll, adalah segelintir dari tokoh-tokoh
pemuda Islam yang mengerti betul makna syahadah dan perjuangan.
Bekerja sama secara apik dengan rekan seperjuangan lintas agama
J.Leimena, Lambertus Nicodemus (LN) Palar dll. Kemerdekaan yang
dijalin dari perjuangan demi perjuangan di medan perang jihad, dan
medan diplomasi. H.Agus Salim yang membawa suara perjuangan
kemerdekaan ini lewat jaringannya ke Mesir. Mr.Roem, Syahrir, dan LN
Palar yang berjuang di perundingan- perundingan dan sidang Dewan
Keamanan PBB, setelah Mesir berhasil mengumpulkan suara dunia agar
perkara Indonesia dibahas di Sidang DK PBB. Demikianlah, perjuangan
itu agak nya tidak mudah dan tidak murah. Tidak pula mampu dilakukan
seorang atau sekelompok, ianya harus diperjuangkan oleh banyak orang
berbagai golongan. Terutama, peran dari umat Islam yang dari berbagai
teropong sejarah, tidak mungkin dihilangkan. Tetapi sesudahnya,
pemuda-pemudi pesantren, dan ulama kembali ke tempatnya, kembali ke
desanya, menjadi orang biasa. Siapakah yang mengisi panggung-panggung
pengelolaan urusan umat ini? Mengapa setelah itu berjilbab saja sulit?
partai Islam sempat di reduksi menjadi satu saja. Islam adalah
mendirikan masjid, bakti sosial, dan upacara peringatan hari raya dan
hari besar agama. 1998 memberikan kesempatan kepada umat Islam untuk
masuk, berperan dalam panggung- panggung pengelolaan urusan umat.
Apakah urusan umat itu? dianya adalah pendidikan, ekonomi, politik,
pertahanan keamanan, energi, pangan dan pertanian, teknologi dan
inovasi, kesehatan, pemeliharaan lingkungan, dan mempersempit
kesenjangan sosial, dan banyak lagi, dan banyak lagi. Dianya adalah
urusan mengelola urusan-urusan di bumi ini dengan baik dan adil, dan
dianya adalah agar orang-orang yang hendak bersujud menyembah-Nya itu
dapat dengan lebih khusyuk dan merendah diri kepada- Nya. Bukankah
yang menduduki posisi-posisi pengelolaan urusan-urusan itu juga banyak
yang beragama Islam? ya benar, tetapi mengapa berjilbab saja begitu
sulitnya selama berpuluh- puluh tahun? Alhamdulillah sekarang jauh
lebih baik. Mengapa jaminan produk halal bagi umat Islam itu belum ada
hingga sekarang? Mengapa terorisme itu selalu difestivalisasi
meminggirkan umat Islam? mengapa.. mengapa.. mengapa yang lain? Dalam
skala lebih luas, mengapa negeri yang dibangun dengan darah ini tak
kunjung makmur berkah? Maka di usia 68 tahun Indonesia merdeka ini,
peran umat Islam perlu lebih luas dan lebih dalam untuk mengelola
urusan-urusan masyarakat, mengisi panggung-panggung politik, ekonomi,
pendidikan, kesehatan, teknologi, energi, dan sebagainya, dan
sebagainya. Kepada siapa umat Islam meminta ini? meminta? bisa
meminta? ini harus diperjuangkan, lewat legitimasi jalur demokrasi,
dan terutama, lewat peningkatan kapasitas dan kemampuan berbagai segi.
Umat Islam tidak bisa meminta, dia harus berjuang, berusaha, bekerja
keras, berkarya nyata, berpendidikan tinggi, berintelektual cerdas,
beretorika fasih, beretika tinggi, dan berakhlak mulia. Jadi umat
Islam haus kuasa? seperti perkata Said Ramadhan: untuk apakah
kekuasaan itu untuk (pribadi)ku? yang kuinginkan adalah cinta dan
ridha-Nya, mati masuk surga. Iya, tapi umat Islam tidak boleh
terpinggirkan dari kekuasaan, dia harus ada di dalamnya, dia harus
terlibat dalam pengelolaan urusan-urusan masyarakat, bekerja sama
dengan seluruh komponen masyarakat lainnya, lintas suku, lintas agama,
dalam kebersamaan dan keadilan. Iya, keadilan, harus! Dengan sepenuh
cinta dan air mata, Terima kasih negeriku, dirgahayu Indonesia!
(sbb/dkw)