Kisah Guru Muhammad Al Fatih di Balik Penaklukan Konstantinopel

(Al-Iqab) - Syeikh Aaq Syamsuddin adalah guru Muhammad
al-Fatih, pahlawan Islam dari dinasti Utsmaniyah
yang sukses menaklukkan Konstantinopel pada
tahun 1435 M. Berkat bimbingan Syeikh
Syamsuddin, al-Fatih berhasil menaklukkan
kerajaan raksasa dunia, Bizantium, di usia al-Fatih yang masih 25
tahun. Ia seorang ahlussunnah berasal dari negeri Syam
yang berhasil memoles pribadi al-Fatih menjadi
sultan yang tangguh, berilmu, cerdas, pemberani
dan pemimpin Negara yang bertakwa kepada
Allah swt. Hingga di medan pertempuran
terdepan, sang Syeikh mendampingi al-Fatih, untuk memberi tausiyah dan
bimbingan spiritual.
Nama asli Syeikh Aaq Syamsuddin adalah
Muhammad bin Hamzah al-Dimasyqi al-Rumi.
Dilahirkan di kota Damaskus, negeri Syam, pada
tahun 792 H/1389 M. Nasabnya bersambung
dengan Abu Bakar al-Shiddiq r.a. Pada usia 7 tahun berhasil menghafal
al-Qur'an. Lalu
meneruskan belajarnya di kota Amasiya,
kemudian pindah ke Halab dan merantau ke
Ankara Turki. Pembimbing Spiritual Sultan al-Fatih Muhammad al-Fatih
telah dibimbing Syeikh
Syamsuddin sejak kecil. Ia mengajari Muhammad
al-Fatih berbagai disiplin ilmu dasar, yaitu al-
Qur'an, al-hadits, Fikih dan bahasa Arab. Syeikh Syamsuddin berhasil
meyakinkan sultan
Muhammad al-Fatih, bahwa dialah pemimpin yang
'diramal' Rasulullah saw yang berhasil
menaklukkan Konstantinopel. Saat menjabat
sultan Utsmani, usia al-Fatih masih sangat muda.
Syeikh Syamsuddin menasihatinya agar dia segera bergerak untuk
merealisasikan hadis Rasulullah
saw, bahwa konstantinopel akan ditaklukkan
tentara Islam. Konstantinopel, merupakan kota paling penting di
dunia pada zaman itu. Dibangun pada tahun 330
M oleh Kaisar Bizantium, kekaisaran Kristen. Sejak
dibangun, Konstantinopel dijadikan ibukota
kerajaan Kristen tersebut selama berabad-abad
lamanya. Kota ini menjadi pusat perhatian dunia. Ada yang mengatakan
bahwa "Andaikata duni ini
berbentuk satu kerajaan, maka Konstantinopel
akan menjadi kota yang paling cocok untuk
menjadi ibukota kerajaan tersebut". Tentang kota ini, Rasulullah saw
memberi kabar
gembira bahwa kelak, kota Konstantinopel akan
jatuh di bawah kekuasaan Islam. Rasulullah saw
bersabda: "Konstantinopel akan bisa ditaklukkan di tangan
seorang laki-laki. Maka orang yang memerintah di
sana adalah sebaik-baik penguasa dan
tentaranya adalah sebaik-baik tentara" (HR.
Ahmad). Karena itu, para khalifah kaum Muslimin
berlomba-lomba menaklukkan Konstantinopel
dalam rentang waktu yang panjang. Tercatat,
sejak masa pemerintahan Mu'awiyah bin Abi
Sufyan tahun 44 H hingga rombongan paling
besar dilakukan pada masa Dinasti Umayyah di bawah Sulaiman bin Abdul
Malik, semuanya gagal.
Usaha berlanjut pada masa kekhalifahan
Abbasiyah, khususnya pada masa Khalifah Harun
al-Rasyid pada tahun 190 H. Meski sempat
menimbulkan gejolak negeri Bizantium tapi misi
penaklukan masih belum berhasil. Di masa pemerintahan Muhammad al-Fatih,
Konstantinopel baru berhasil ditaklukkan. Al-Fatih
tidak sendirian. Ia sempat putus asa mengatur
serangan ke Konstantinopel. Namun sang guru,
Syeikh Syamsuddin, mendampingi dan menasihati
agar tetap terus berjuang. Pengepungan benteng konstantinopel memakan
waktu 54 hari. Banyak
korban dari tentara Utsmani yang meninggal
dunia. Para pejabat militer hampir putus asa gagal
menaklukkan konstantinopel. Tapi, Syeikh
Syamsuddin sangat yakin, hadis Rasulullah saw
akan terealisasi pada Muhammad al-Fatih, tidak pada lainnya. Dalam
suatu persiapan serangan, Syeikh
Syamsuddin menyendiri di kemah. Ia melarang
seorang pun untuk masuk. Muhammad al-Fatih
memaksa masuk kemahnya. Dan ia menyaksikan
sang Guru khusyu' bermunajad kepada Allah. Ia
bersujud kepada Allah dalam suatu sujud yang panjang. Sorbannya
terlepas dari kepalanya
sehingga membuat rambut kepalanya yang
memutih menyentuh bumi. Sedangkan
jenggotnya yang mutih memantul sinar laksana
cahaya. Sang guru bangkit dari sujudnya dengan
air mata berlinang dari kedua pipinya. Dia berdoa kepada Allah swt
agar kemenangan dikaruniakan
kepada al-Fatih dan meminta penaklukan dapat
terlaksana kota dalam jangka waktu yang dekat. Ketika terjadi
penyerbuan ke benteng
Konstantinopel, Syeikh Syamsuddin mendatangi
Muhammad al-Fatih untuk memberi nasihat
penting tentang hukum-hukum syariat dalam
peperangan, serta hak-hak kaum yang
ditaklukkan sebagaimana diatur dalam syariat. Mengobarkan Semangat
Jihad Syeikh Syamsuddin berpidato di hadapan
pasukan Utsmani: "Wahai tentara Islam,
ketahuilah dan ingatlah bahwa Nabi saw
bersabda, 'Konstantinopel akan bisa ditaklukkan
di tangan seorang laki-laki. Maka orang yang
memerintah di sana adalah sebaik-baik penguasa dan tentaranya adalah
sebaik-baik tentara'. Kita
memohon kepada Allah Yang Mahasuci dan
Mahatinggi, semoga Dia memberikan kita taufik
dan mengampuni semua. Ketahuilah, janganlah
kalian berlaku berlebih-lebihan dari apa yang
kalian dapat dari harta rampasan perang, dan janganlah kalian berlaku
boros. Infakkan harta di
jalan yang baik untuk penduduk kota ini.
Dengarkan apa yang dikatakan Sultan kalian dan
taatilah dia dan cintailah. Wahai sultanku, kau
telah menjadi tanda mata Bani Utsmani. Maka
jadilah engkau sebagai mujahid di jalan Allah selamanya". Setelah itu
dimulailah serangan ke
benteng raksasa Konstantinopel. Tepat pada jam
1 pagi 29 Mei 1435 benteng yang berdiri
berabad-abad lamanya jebol. Pasukan al-Fatih
berhasil menguasai kota dan pasukan Bizantium
tidak berdaya. Selama itu pula, Syeikh Syamsuddin tidak pernah
meninggalkan al-Fatih dan
pasukannya. Ia ingin menyaksikan langsung
realisasi hadis Rasulullah saw. Muhammad al-Fatih betul-betul ditempa
spiritualnya oleh Syeikh Syamsuddin. Sultan al-
Fatih pernah mengirimkan uang sebanyak seribu
dinar kepadanya. Namun Syeikh Syamsuddin
menolaknya. Bahkan, Syeikh tidak memberi
penghormatan berdiri untuk sang Sultan ketika mau pamit keluar. Sultan
al-Fatih pun kecewa. Seorang pembantu Sultan mengatakan, "Mungkin
dia melihat dalam dirimu ada perasaan sombong
karena penaklukan ini, yang sebelumnya tidak
bisa dilakukan para Sultan sebelum kamu. Dengan
demikian, Syeikh bermaksud menghapuskan rasa
sombong itu darimu". Demikianlah Syeikh Syamsuddin memberi pelajaran
kepada sultan al-
Fatih. Agar supaya sultan selalu berjalan di atas
syari'ah tidak terbuai oleh kekuasaan. Pelajaran keras diberikan sejak
Muhammad al-
Fatih masih kecil. Pada suatu hari, ia memanggil
Muhammad al-Fatih kemudian memukulnya keras,
karena melakukan kesalahan ringan. Pukulan
keras Syeikh ini ternyata dikenang terus oleh al-
Fatih. Hingga ia dewasa memangku kesultanan. Hingga suatu saat ia
memanggil Syeikh
Syamsuddin dan menanyainya: "Mengapa Anda
memukulku waktu itu padahal aku tidak
melakukan apa-apa yang layak dipukul?" Makas Syeikh menjawab: "Karena aku ingin
mengajarimu rasanya kezhaliman dan bagaimana
orang yang terzhalimi tidur, agar ketika engkau
menduduki posisi kepemimpinan, engkau tidak
menzhalimi seorang pun!". Mendengar penjalasan
Syeikh, al-Fatih langsung meminta maaf kepada Syeikh, karena memiliki
pikiran negatif dan
akhirnya mencium kepala serta tangan gurunya
tersebut. Syeikh Syamsuddin begitu terhormat di mata sang
Sultan. Muhammad al-Fatih, meski menjadi sultan
yang kekuasannya meluas hingga separoh negeri
Eropa, tidak pernah meremehkan nasihat Syeikh.
Sang Syeikh pun tidak pernah menjadi penjilat,
tidak pernah memberi penghormatan berlebihan. Ia tidak takut kecuali
kepada Allah. Karena itu,
setiap kali sultan datang menziarahi, Syeikh
Syamsuddin tidak pernah berdiri dari tempat
duduknya untuk menyambutnya. Justru
sebaliknya ketika yang menziarahi Sultan, sultan-
lah yang berdiri untuk menyambut gurunya tersebut lalu mencium
tangannya. Jasa Syeikh Syamsuddin sangatlah besar untuk
kesultanan Utsmani dan sultan al-Fatih. Beliau
mendidik sultan dengan dua hal besar: Melipatgandakan semangat
gerakan jihad di
dalam Dinasti Utsmani
Terus-menerus menanamkan dalam diri sultan
Muhammad sejak kecil bahwa dialah yang
dimaksudkan dalam hadis Nabi saw: "Sungguh
Konstantinopel itu akan ditaklukkan. Maka sebaik-baik panglima adalah
panglima (yang
menaklukkannya) dan sebaik-baik pasukan
adalah pasukan yang menaklukkannya" . Hingga
akhrinya pikiran Muhammad al-Fatih benar-benar
dipenuhi dengan pemikiran bahwa memang
dialah yang dimaksudkan dalam hadis ini. Para hali sejarah mengatakan
bahwa Syeikh
Syamsuddin itulah Sang Penakluk bagi
konstantinopel. Dialah yang telah mengajarkan
kepada al-Fatih berbagai ilmu, baik ilmu setrategi
perang maupun ilmu falak, sejarah dan
matematika. Ahli Ilmu Kedokteran Syeikh Syamsuddin bukan hanya ahli bidang
syariah, tasawuf dan akhlak, namun ia juga
dikenal ahli pengobatan. Syeikh memiliki
kepedulian terhadap penyakit jasmani,
sebagaimana ia peduli dengan penyakit-penyakit
rohani. Dia menulis kitab berjudul Maadat al-Hayat. Dalam buku
tersebut, Syeikh mengatakan, "Sangat
keliru jika dikatakan bahwa penyakit-penyakit itu
berpindah dari satu orang ke orang lain dengan
cara menular. Penularan ini sangat kecil dan renik,
hingga tidak mampu dilihat oleh mata telanjang.
Penularan ini terjadi karena adanya kuman yang hidup". Dia dikenal
orang pertama yang melakukan
penelitian kuman pada abad ke-15 M. Dimana
pada saat itu belum ada mikroskop. Ia jauh
mendahului ilmuan Eropa. Eropa baru melakukan
penelitian tentang kuman empat abad setelah
Syeikh Syamsudin. Dilakukan oleh Louis Pasteour, ahli Biologi dan
Kimia asal Prancis. Namun, dalam
dnia ilmu Biologi, Louis Pasteour lebih dikenal
daripada Syeikh Syamsuddin. Karya-karya Syeikh cukup beragam, mulai
tentang akhlak, tasawwuf, hingga kedokteran. Di
antara karyanya adalah; Madaat al-Hayat, Kitab al-
Thibb, Hallul Musykilat, al-Risalah al-Nuriyah,
Maqalatul Auliya', Risalah fi Dzikrillah, Talkhish al-
Mata'in, Daf'u al-Mataa'in, Risalah fi Syarh Haaji Bayaram Wali. Syeih
Syamsuddin meninggal dunia
di kota tempat tinggalnya, Koniyoka, wilayah
Turki pada tahun 863 H/1459 M.

Sumber: Al-Ustmaniyah fi al-Tarikh wa al-
Hadharah, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah
Utsmaniyah, Muhammad al-Fatih Penakluk
Konstantinopel
Oleh : Kholili Hasib – anggota MIUMI Jawa Timur,
Peneliti Institut Pemikiran dan Peradaban Islam
Surabaya.