Rasanya tak lengkap saat piknik atau berlibur bersama keluarga dan
teman-teman, menonton film di bioskop atau sekedar hangout tanpa
ditemani minuman ringan. Bahkan kadangkala sejumlah orang membeli
minuman ringan sebagai minuman penunjang saat berolahraga di gym.
Tak heran jika konsumsi minuman ringan telah mengalami peningkatan sejak tahun 1985, dari 10 galon per orang dalam setahun menjadi lebih dari 25 galon.
Tentu saja hal ini sangatlah mengkhawatirkan, apalagi dengan adanya berbagai studi yang memberi berbagai peringatan kesehatan terkait konsumsi minuman ringan tersebut.
Tak heran jika konsumsi minuman ringan telah mengalami peningkatan sejak tahun 1985, dari 10 galon per orang dalam setahun menjadi lebih dari 25 galon.
Tentu saja hal ini sangatlah mengkhawatirkan, apalagi dengan adanya berbagai studi yang memberi berbagai peringatan kesehatan terkait konsumsi minuman ringan tersebut.
Menurut studi terbaru, minuman ringan bisa menyebabkan penambahan berat badan dan masalah kesehatan jangka panjang jika diminum setiap hari selama sebulan.
Studi yang digelar oleh Bangor University dan dipublikasikan dalam European Journal of Nutrition tersebut melaporkan bahwa sebenarnya minuman ringan itu mengubah proses metabolisme sehingga otot-otot menggunakan gula sebagai energi, bukannya untuk membakar lemak. Tampaknya minuman bergula ini menyebabkan perilaku gen-gen di dalam otot berubah, bahkan secara permanen.
Tak hanya itu, metabolisme pun menjadi kurang efisien dan kurang mampu mengatasi kenaikan gula darah, kata peneliti. Gawatnya, hal ini meningkatkan risiko penyakit diabetes tipe 2.
"Setelah melihat seluruh bukti medis ini, saya tak pernah menyentuh minuman ringan lagi sekarang. Menurut saya, minuman semacam ini sangat jahat," ujar Dr. Hans-Peter Kubis, seorang ilmuwan biologi dan pakar nutrisi olahraga yang memimpin studi ini seperti dilansir dari dailymail, Rabu (1/8/2012).
Studi sebelumnya pada bulan Maret 2012 memperingatkan para pria yang meminum minuman berpemanis buatan berukuran 355 ml setiap harinya berisiko 20 persen lebih tinggi mengalami penyakit jantung dibandingkan pria yang tidak minum.
Kesimpulan ini didapat setelah studi yang dipublikasikan dalam jurnal milik American Heart Association, Circulation ini mengamati kondisi lebih dari 42.000 pria selama 22 tahun. Setelah dilakukan tes darah ditemukan bahwa pecinta soda memiliki level peradangan yang berbahaya di dalam pembuluh darahnya dan kadar HDL atau kolesterol baik yang lebih rendah akibat penambahan gula dari minuman ringan.
Beban gula yang meningkat ini juga menjelaskan studi yang menemukan bahwa konsumsi dua minuman berkarbonasi (masing-masing 330 ml) setiap minggunya mampu menggandakan risiko kanker pankreas. Temuan ini telah dilaporkan dalam jurnal Cancer Epidemiology, Biomarkers and Prevention.
Tak berhenti sampai disini, sebuah studi dari Israel menemukan bahwa minuman ringan yang mengandung jus buah berkadar tinggi bisa menyebabkan kerusakan hati akut dalam jangka panjang. Spesifiknya, orang yang minum dua kaleng minuman ringan dalam sehari lima kali lebih mungkin mengidap penyakit lemak hati yang juga memicu sirosis dan kanker hati.
Seperti dilaporkan dalam Journal of Hepatology, ketua tim peneliti Dr. Nimer Assy memperingatkan bahwa kadar gula buah atau fruktosa yang tinggi dalam minuman ringan dapat membanjiri hati sehingga lemaknya pun bertumpuk disitu.
Namun mungkin paparan minuman soda yang paling mengerikan adalah pada anak-anak karena mereka akan terancam oleh bahaya obesitas.
Dr. Kubis percaya bahwa minuma bergula ini tak hanya mengubah keseluruhan tubuh namun juga menyebabkan munculnya respon seperti kecanduan.
"Tubuh menyerap minuman bergula begitu cepat karena mereka lebih mudah dibawa ke lapisan perut dan proses yang begitu cepat ini membakar respon kesenangan tubuh. Pada waktu yang sama, otak mengurangi keinginannya untuk merasakan nutrisi seperti vitamin dan mineral," terangnya. Tak heran jika minuman ringan ini mampu membentuk kebiasaan yang sulit dihilangkan.
Meski pada orang dewasa kondisi ini masih bisa ditanggulangi namun tidak bagi anak-anak. "Pada anak-anak, muncul banyak bukti yang menunjukkan adanya perilaku adiktif akibat konsumsi ini. Mereka akan cenderung mengamuk, gelisah dan tertekan jika berhenti meminumnya," tambah Dr. Kubis. Diduga hal ini karena otak anak-anak masih dalam tahap perkembangan sehingga rawan terserang kecanduan gula.
Sayangnya, mengganti minuman bergula dengan alternatif yang lebih sehat seperti minuman limun bersoda atau jus buah kalengan pun masih terasa mengganjal karena minuman semacam ini juga banyak mengandung gula, ungkap Dr. Kubis.
"Minuman ringan berbahan buah asli mungkin bisa diklaim sehat tetapi sebenarnya minuman seperti itu sama berbahayanya. Bahkan beberapa jenis minuman ringan mengandung lebih banyak gula daripada sekaleng soda," terangnya.
Bahkan minuman olahraga yang dianggap menyehatkan itu terbukti hanya buang-buang uang saja karena bukan hanya Anda tak membutuhkannya tetapi juga berbahaya bagi tubuh Anda.
Sebuah studi yang dilakukan oleh University of Oxford dan Harvard memperingatkan bahwa merk terkemuka seperti Lucozade dan Powerade mengandung gula dan kalori dalam jumlah besar yang bisa mendorong penambahan berat badan seperti halnya dilaporkan dalam British Medical Journal.
Selain itu, minuman soda ini juga merusak gigi. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal General Dentistry pada bulan Juni 2012 menemukan bahwa minuman kola 10 kali lebih korosif dibandingkan jus buah saat 3 menit pertama diminum. Salah satu penyebabnya adalah asam sitrat yang membuat soda terasa 'nendang'.
Studi lain dalam jurnal British Dental Journal menemukan empat kaleng minuman soda sehari meningkatkan risiko erosi gigi hingga 252 persen.