Apapun yang menimpa PKS, kaderisasi tetaplah bangunan kokoh yang tidak boleh goyah oleh kondisi apapun. Ditengah terjangan pembusukan partai Islam dan penghancuran PKS melalui LHI, kaderisasi PKS tetap berjalan.
Karena dari kaderisasi inilah yang akan menyuplai kader-kader baru untuk menggerakan dan menghidupakan kerja-kerja dakwah dan politik PKS untuk berkhidmat kepada masyarakat.
Ditengah riuh rendahnya perpolitikan nasional, kader-kader PKS terus menerus
menjalankan roda kaderisasinya. Salah satunya adalah mendidik anak-anak disekitar komplek perumahan dimana kader-kader PKS tinggal. Rumah kader PKS dijadikan posko pendidikan anak-anak komplek. Mengumpulkan mereka dalam sebuah permainan tradisional, seperti permainan dampu.
Dimana anak-anak diajak bermain baru caranya mengincar batu dengan cara melempar batu melalui kaki. Bermain tokadal, dimana bambu ditaruh dilubang lalu diungkit oleh bambu lainnya, ketika bambu yang diungkint melompat ke atas lalu dipukul oleh sekencang-kencangnya. Bagi anak komplek perumahan, permainan ini memang aneh, karena mereka sudah terbiasa dengan gaget, ipad, HP dan game-game lainnya.
Setelah permainan selesai, mereka belajar membaca al-Qur’an, mengkaji nilai Islam, dan memotivasi mereka untuk beribadah dan belajar. Bermain sambil mengaji, menjadi sarana efektif untuk membangun jiwa anak yang tengah diterjang dan diserbu kerusakan moral yang massif dan sistematis. Semakin hari, kegiatan ini semakin banyak peminatnya.
Warga perumahan tidak peduli dengan label PKS atau lainnya. Bagi mereka yang penting, anaknya menjadi anak yang soleh dan prestasi. Bila PKS terus mengabdi dan menghasilkan kemanfaatan, maka jangan pernah berfikir bahwa PKS akan ditinggalkan oleh masyarakat. Tapi, masyarakatlah yang akan memburu PKS untuk menitipkan anak-anak mereka menjadi pribadi yang baik dan sholeh.(nasrullah mu)
Ditengah riuh rendahnya perpolitikan nasional, kader-kader PKS terus menerus
menjalankan roda kaderisasinya. Salah satunya adalah mendidik anak-anak disekitar komplek perumahan dimana kader-kader PKS tinggal. Rumah kader PKS dijadikan posko pendidikan anak-anak komplek. Mengumpulkan mereka dalam sebuah permainan tradisional, seperti permainan dampu.
Dimana anak-anak diajak bermain baru caranya mengincar batu dengan cara melempar batu melalui kaki. Bermain tokadal, dimana bambu ditaruh dilubang lalu diungkit oleh bambu lainnya, ketika bambu yang diungkint melompat ke atas lalu dipukul oleh sekencang-kencangnya. Bagi anak komplek perumahan, permainan ini memang aneh, karena mereka sudah terbiasa dengan gaget, ipad, HP dan game-game lainnya.
Setelah permainan selesai, mereka belajar membaca al-Qur’an, mengkaji nilai Islam, dan memotivasi mereka untuk beribadah dan belajar. Bermain sambil mengaji, menjadi sarana efektif untuk membangun jiwa anak yang tengah diterjang dan diserbu kerusakan moral yang massif dan sistematis. Semakin hari, kegiatan ini semakin banyak peminatnya.
Warga perumahan tidak peduli dengan label PKS atau lainnya. Bagi mereka yang penting, anaknya menjadi anak yang soleh dan prestasi. Bila PKS terus mengabdi dan menghasilkan kemanfaatan, maka jangan pernah berfikir bahwa PKS akan ditinggalkan oleh masyarakat. Tapi, masyarakatlah yang akan memburu PKS untuk menitipkan anak-anak mereka menjadi pribadi yang baik dan sholeh.(nasrullah mu)