Menurut Security Crank, dari semua serangan yang telah dilancarkan AS terhadap Taliban di Afghanistan dan Pakistan, telah melahirkan sebuah pola yang “menakjubkan”: Tampaknya hampir setiap kali serangan udara dilancarkan, semua media massa melaporkan sebanyak 30 Taliban tewas.
Moon of Alabama juga mengungkapkan argumen serupa. Security Crank mengumpulkan sampai 12 berita terkait laporan insiden serangan udara yang terpisah sejak awal tahun 2010, di mana jumlah korban pejuang adalah tetap 30. Bukan 29, bukan 31. Tiga puluh.
Apa artinya ini? Security Crank menganjurkan bahwa jangan percaya terhadap angka-angka. The Times melaporkan: dalam kalkulus mengerikan yang dikenal sebagai “perkiraan kerusakan kolateral,” komandan militer dan pengacara-pengacara AS sering bekerja bersama-sama dalam proyek serangan militer. Tidak banyak yang tahu tentang cara kerjanya, tetapi pada tahun 2007, Marc Garlasco, mantan pejabat tinggi Pentagon, mengatakan kepada majalah Salon
Itu berarti bahwa jika sebuah serangan selalu ditujukan untuk membunuh lebih dari 30 warga sipil, dan hal itu sekaligus membutuhkan persetujuan eksplisit dari Menteri Pertahanan Donald H. Rumsfeld atau Presiden George W. Bush (ketika masih berkuasa).
Carpentier berpendapat bahwa 30 tetap merupakan nomor korban sihir Pentagon sampai hari ini, dan menunjukkan bahwa angka korban dilebih-lebihkan sehingga mereka “dapat diterima” oleh publik. “Kalkulus ini menunjukkan bahwa berapa banyak kematian rata-rata, telah terbawa dalam pemerintahan Bush kepada Obama.” tulisnya.
Tapi argumen Carpentier memunculkan banyak pertanyaan. Era kebijakan Rumsfeld menetapkan korban diterapkan pada warga sipil, bukan korban pejuang Taliban. Apapun itu, tentu saja, itu semua hanya spekulasi. Selama pejabat militer bersikeras bahwa serangan udara akan tetap menghabisi 30 pejuang Taliban tepat pada satu waktu.
29, 30, 31, mereka semua adalah orang-orang Islam yang belum tentu sama sekali tak berdosa. [sa/islampos/bfme]