Kerusakan kota-kota suci Iran ternyata erat
kaitannya dengan para mulah. Sebab hanya para
mulah itulah yang dapat masuk ke pusat-pusat
pendidikan yang dikhususkan untuk gadis-gadis,
meski pada dasarnya mengajar di tempat-tempat
tersebut terlarang bagi laki-laki di kota Qom. Begitu juga dengan pusat-pusat kesehatan,
rumah
sakit dan tempat-tempat wisata yang
dikhususkan buat wanita, banyak dijumpai para
mulah berjalan-jalan dengan bebasnya seakan
mereka adalah kelompok orang yang telah
dihalalkan atas semua wanita yang masuk ke tempat-tempat tersebut.
Bahkan kerusakan di kota Qom jauh melebihi
kerusakan kota Teheran yang merupakan kota
yang lebih terbuka di banding Qom. Angka bunuh diri di kalangan wanitanya dengan
jalan minum racun sangatlah tinggi, dan hal itu
disebabkan oleh beban mental yang banyak
dirasakan oleh para wanita dan gadis-gadis yang
tinggal di kota itu sebagai dampak dari situasi
yang telah memaksa mereka dan juga cara-cara yang diterapkan oleh “syurthatul akhlaqil
hamidah” yaitu polisi penegak akhlak terpuji di
bawah kekuasaan para mulah. Kondisi kejiwaan inilah yang di saat tertentu dapat
memicu tindak kejahatan dari kaum laki-laki Iran
untuk melakukan penculikan dan pemerkosaan,
bahkan tak jarang berakhir dengan dibunuhnya
sang korban karena takut dilaporkan. Dan
sebagian wanita dan gadis korban perkosaan pun tak jarang yang mengakhiri hidupnya
dengan cara bunuh diri karena malu dengan apa
yang menimpanya. Nyatanya, wanita di kota Qom selalu dalam resiko
penghinaan dan pelecehan seksual, khususnya
yang dilakukan oleh kalangan pelajar agama di
Hauzah. Setiap kali mereka melihat wanita atau
gadis yang sedang berada dijalan, maka buru-
buru mereka membuka percakapan dengannya tentang nikah mut’ah, bahkan sedikit pun mereka
tidak membuka ruang tanya jawab meski si
wanita atau gadis tersebut merasa keberatan. Hal
itu dikarenakan apa yang mereka inginkan
adalah perkara yang disyari’atkan dan telah
ditegaskan oleh pemerintah, di samping mut’ah dalam keyakinan mereka adalah perbuatan
terpuji dan telah diwasiatkan oleh para Imam
mereka sebagaimana tertulis dalam kitab-kitab
Imam mereka. Karena itulah wanita-wanita di Qom harus
menanggung penghinaan dan pelecehan seksual
ini dari para mulah, pemuda dan juga kaum laki-
laki. Mereka hanya mempunyai dua pilihan; tetap
tunduk dengan aturan itu atau hidup dalam
situasi kepahitan jiwa. Sebagian besar kehidupan rumah tangga di kota
Qom juga mengalami kegagalan, karena sebagian
besar dari mereka hidup dengan tetap menjalani
kebiasaan dan mengikuti adat yang menguasai di
kota itu. Adat kebiasaan ini kadang bertentangan
dengan tingkat pengetahuan dansosial mereka, dan adat inilah yang sering kali mendorong kaum
laki-laki untuk melakukan mut’ah sebab mereka
meneladani para mulah. Dan sebaliknya banyak
para istri yang kemudian membalas perbuatan
suaminya dengan menjalin hubungan dengan
laki-laki lain. Inilah yang menyebabkan kehidupan rumah tangga mereka berakhir
dengan kegagalan lalu dilanjutkan dengan
perceraian. Menurut penelitian tentang keadaan
sosial di kota Qom, ternyata angka perceraian di
kota itu menduduki peringkat terbesar kedua di
negara Iran. Seperti diketahui bahwa pengadilan yang khusus
menangani kasus-kasus perdata di Iran
dilaksanakan dengan perantara hakim-hakim
yang selalu memotivasi para wanita dan gadis
untuk melakukan perceraian, dan segera setelah
perceraian itu mereka dipindahkan ke Yayasan- yayasan sosial dengan dalih menolong mereka
agar cepat mendapatkan pekerjaan, namun pada
kenyataannya mereka terjebak dalam perangkap
para mulah untuk dijadikan budak dengan alasan
mut’ah. Yayasan Az-Zahra’ termasuk Yayasan
paling terkenal yang menjadi tempat tinggal para janda dan tempat bersenang-senangnya para
mulah dan para pelajar agama di Hauzah yang
sangat menginginkan berbuat mesum atas nama
mut’ah. Sampai ada hal yang sangat sulit dipercaya, jika
dikatakan ada data yang tidak resmi menegaskan
bahwa kota Qom telah mencatat angka tertinggi
dalam masalah aborsi dengan cara yang tidak
diatur oleh undang-undang. Sehingga sangat
mustahil bila dalam sehari tidak ditemukan janin- janin yang telah dibuang di tempat-tempat
sampah atau selokan air. Kerusakan kota Qom tidak hanya itu, sebab
kerusakan-serusakan lain juga telah mencatat
angka yang sangat tinggi seperti pertikaian dan
perkelahian antar kelompok dan perorangan
yang menyebabkan menumpuknya korban luka-
luka di rumah sakit Nakui di Qom setiap harinya. Salah satu jalan yang sering terjadi perkelahian
adalah jalan Bajik. Kota Qom juga mencatat angka tertinggi kedua
penderita AIDS. Demikian juga dengan angka
pecandu kokain jenis “crack”, tercatat bahwa satu
dari tiga orang di kota Qom adalah pecandu
opium. Kota Qom juga tercatat sebagai kota yang paling
banyak menggunakan minuman keras oplosan
yang mengandung bahan kimia yang dapat
menyebabkan kematian atau hilangnya
penglihatan, sebagaimana yang pernah terjadi
dalam peristiwa peringatan “Iedun Nairuz”. Sedang kondisi mata pencaharian masyarakat dan
tingkat kemiskinan di kota Qom juga sangat
memprihatinkan. Angka kemiskinan dan
kelaparan di kota ini sangat tidak bisa dipercaya.
Banyak masyarakat di kota ini yang sulit bahkan
sekedar melindungi diri mereka dari cuaca dingin yang ekstrim atau musim panas yang menyengat.
Makanan mereka sehari-hari adalah roti dan air,
dan agak lebih baik sedikit adalah makaroni.
Sering kali orang tua mereka menyaksikan
kematian anak-anaknya di depan mata mereka
karena ketidakmampuan berobat, bahkan mereka juga tidak memiliki kartu jaminan
kesehatan. Di antara keluarga-keluarga miskin di kota Qom
juga sangat banyak yang mempekerjakan anak-
anak kecil mereka di pabrik pembuatan batu bata
dari malam hingga siang hari untuk sekedar
bertahan hidup. Sedang pemandangan seperti ini berlangsung di
tengah banyaknya mulah yang hidup dalam
kondisi serba mewah yang dihasilkan dari
kekuasaan mereka atas proyek-proyek ekonomi
dan kepemilikan saham pada banyak
perusahaan-perusahaan besar. Mereka dapatkan bagian itu dari apa yang dinamakan harta
“humus” yaitu berhak atas 5% dari harta yang
diambil dari para pengikutnya. Harta humus ini
bisa mencapai milyaran Tuman dalam setahunnya
sehingga memungkinkan para mulah memiliki
bangunan-bangunan istana di kawasan elit seperti Salarie, Amin Boulvare dan lain-lain di
samping kepemilikan mereka atas rumah-rumah
mewah di kawasan Niavaran utara Teheran.
(bumisyam)