(Al-Iqab) Bayangkan tinggal di kota terkaya di zaman kuno. Sumber daya yang
berlimpah dan kehidupan yang sangat megah. Setiap kemudahan dan
kemewahan mengelilingi Anda, kenyamanan ada di mana-mana, dan tidak
seperti di kota-kota lain selama zaman ini..
Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, sedang mereka adalah lebih bagus alat rumah tangganya dan lebih sedap di pandang mata (QS 19:74)
Begitulah hidup bagi mereka yang tinggal di Pompeii, Italia pada akhir 70 Masehi. Bahkan Ada pornografi kuno serta hiburan berupa rumah bordil yang menyediakan setiap jenis selera.
Mereka yang bangun, dan memulai hari mereka, kemudian duduk untuk makan siang pada tanggal 24 Agustus, 79 AD tidak tahu bahwa Gunung Vesuvius akan memulai suatu tirani letusan gunung berapi yang tidak akan berhenti selama 24 jam. Letusan ini tidak menyisakan seorangpun dari mereka yang tinggal di Pompeii, dan juga tidak menyisakan mereka yang tinggal di kota-kota kecil terdekat seperti Herculaneum dan Oplontis. Aliran lava dan awan Pyroklastik yang sangat panas berlari
menuruni gunung dengan kecepatan 100 mph, mengubur semua orang di jalan-jalan dan rumah mereka, bahkan sebelum mereka bisa bereaksi, apalagi melarikan diri.
Malapetaka itu terjadi dalam waktu yang sangat mendadak sehingga menimpa segala sesuatu yang ada di kota termasuk segala aktifitas sehari-hari yang tengah berlangsung. Aktifitas yang dilakukan penduduk dan segala peninggalan yang ada ketika bencana terjadi kini masih tertinggal persis sama seperti ketika bencana tersebut terjadi dua ribu tahun yang lalu, seolah-olah waktu tidak bergeser dari tempatnya.
Wajah wajah Ketakutan, putus asa dan apa pun yang mereka lakukan pada saat itu secara sempurna diawetkan dalam abu dan lava yang mengeras. Hal ini menguntungkan para arkeolog karena mereka dapat melihat hampir secara sempurna pula sejarah budaya kuno ini - jendela ke dalam kehidupan orang-orang yang hidup pada waktu itu.
Perhatikan bagaimana tubuh tubuh abu mereka menggambarkan usaha mereka yang berupaya mati-matian untuk menutup mulut mereka, melindungi anak-anak mereka yang belum lahir, atau mencoba untuk menjaga diri dari serangan puing-puing dan batuan vulkanik.
Para Dokter diketahui dari alat bedah yang mereka genggam, "dominas", atau wanita kaya, terlihat pada perhiasan mahal dan pusaka yang mereka pakai, sedangkan budak ditemukan dengan cincin besi di sekitar pergelangan kaki mereka. Item seperti ini memberi wawasan berharga bagi arkeolog untuk menentukan milik siapakah tubuh tubuh yang pernah hidup tersebut, dan sebagai apakah mereka ketika masih hidup.
Kota Pompei adalah kawasan elit bagi orang orang Romawi yang kaya dan cukup beruntung sehingga mampu membeli kehidupan pantai yang mewah. Namun, dalam beberapa jam, kota yang indah ini terkubur di bawah massa abu vulkanik massa dan batuan.
Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, sedang mereka adalah lebih bagus alat rumah tangganya dan lebih sedap di pandang mata (QS 19:74)
Begitulah hidup bagi mereka yang tinggal di Pompeii, Italia pada akhir 70 Masehi. Bahkan Ada pornografi kuno serta hiburan berupa rumah bordil yang menyediakan setiap jenis selera.
Mereka yang bangun, dan memulai hari mereka, kemudian duduk untuk makan siang pada tanggal 24 Agustus, 79 AD tidak tahu bahwa Gunung Vesuvius akan memulai suatu tirani letusan gunung berapi yang tidak akan berhenti selama 24 jam. Letusan ini tidak menyisakan seorangpun dari mereka yang tinggal di Pompeii, dan juga tidak menyisakan mereka yang tinggal di kota-kota kecil terdekat seperti Herculaneum dan Oplontis. Aliran lava dan awan Pyroklastik yang sangat panas berlari
menuruni gunung dengan kecepatan 100 mph, mengubur semua orang di jalan-jalan dan rumah mereka, bahkan sebelum mereka bisa bereaksi, apalagi melarikan diri.
Malapetaka itu terjadi dalam waktu yang sangat mendadak sehingga menimpa segala sesuatu yang ada di kota termasuk segala aktifitas sehari-hari yang tengah berlangsung. Aktifitas yang dilakukan penduduk dan segala peninggalan yang ada ketika bencana terjadi kini masih tertinggal persis sama seperti ketika bencana tersebut terjadi dua ribu tahun yang lalu, seolah-olah waktu tidak bergeser dari tempatnya.
Wajah wajah Ketakutan, putus asa dan apa pun yang mereka lakukan pada saat itu secara sempurna diawetkan dalam abu dan lava yang mengeras. Hal ini menguntungkan para arkeolog karena mereka dapat melihat hampir secara sempurna pula sejarah budaya kuno ini - jendela ke dalam kehidupan orang-orang yang hidup pada waktu itu.
Perhatikan bagaimana tubuh tubuh abu mereka menggambarkan usaha mereka yang berupaya mati-matian untuk menutup mulut mereka, melindungi anak-anak mereka yang belum lahir, atau mencoba untuk menjaga diri dari serangan puing-puing dan batuan vulkanik.
Para Dokter diketahui dari alat bedah yang mereka genggam, "dominas", atau wanita kaya, terlihat pada perhiasan mahal dan pusaka yang mereka pakai, sedangkan budak ditemukan dengan cincin besi di sekitar pergelangan kaki mereka. Item seperti ini memberi wawasan berharga bagi arkeolog untuk menentukan milik siapakah tubuh tubuh yang pernah hidup tersebut, dan sebagai apakah mereka ketika masih hidup.
Kota Pompei adalah kawasan elit bagi orang orang Romawi yang kaya dan cukup beruntung sehingga mampu membeli kehidupan pantai yang mewah. Namun, dalam beberapa jam, kota yang indah ini terkubur di bawah massa abu vulkanik massa dan batuan.
Pompeii memiliki kanal kanal air yang tak pernah terdengar dalam periode
sejarah masa itu, yang menyalurkan air ke 25 air mancur kota. Kota ini
juga memiliki amfiteater, dan setidaknya empat pemandian umum, banyak
perumahan perumahan pribadi yang mewah, dan berbagai bisnis yang
melayani selera selera aneh dari orang orang kaya yang tinggal di sana.
Banyak Jalan-jalan di kota Pompeii mirip dengan jalan jalan di banyak
kota besar yang ada saat ini. Ada jalan, jalan raya dan lalu lintas
ramai dari orang orang yang datang dan pergi sepanjang waktu. Sedangkan
Kehidupan malam di kota pompei tidak ada tandingannya.
Orang-orang dari Pompeii tampaknya telah menyembah dewa falus. Banyak
benda di Pompeii memiliki beberapa simbolisme erotis atau karya seni
yang ditujukan padanya. Berikut tanda di luar sebuah toko roti Pompeii.
Tanda toko roti di atas berbunyi "Felicitas habitat HIC", yang berarti
"Di sini kehidupan kebahagiaan" atau "Ini kehidupan keberuntungan".
Nasib baik diyakini berada di mana saja dewa phallic disembah dan
digambarkan
Di Pompei, pekerja seks di rumah-rumah pelacuran dibuat tiga kali lebih
banyak dari jumlah rata-rata pekerja di kota itu. Sehingga tindakan jual
beli seksual sangat murah bagi siapa saja di kota ini - berbeda dengan
semua kota-kota Eropa lainnya saat itu. Prasasti di atas rumah-rumah
bordil, yang cukup besar dan lapang, terlalu mencolok sehingga Anak-anak
tidak terlindungi dari pornografi dan patung patung porno sang dewa
phalluses.
Setidaknya 20.000 orang menghuni Pompeii. Titik tertinggi pertumbuhan
ekonomi, aktivitas dan populasi diwujudkan pada saat bencana itu
terjadi. Dekat tepi kota, banyak orang tinggal di vila-vila atau
kelompok kecil dari rumah perahu (seperti komunitas palatial gated)
mirip dengan yang di Venesia.
Mereka yang tinggal di Pompeii diperkirakan tidak mengetahui tanda tanda
akan terjadinya letusan gunung dan aktivitas vulkanis lainnya.
Rumah-rumah penduduk tampaknya terganggu dengan gangguan gangguan Alam
ini. Inilah sebabnya mayoritas orang tidak melarikan diri atau mencari
perlindungan. Mereka pikir, hari itu akan menjadi hari seperti hari-hari
lainnya.
Diketahui bahwa pada tahun 62 M, sebuah gempa bumi yang cukup besar
hampir meratakan seluruh kota ini dengan tanah. Namun, sebagian kota ini
dibangun kembali. Bayangkan betapa besar nya kota ini sebelum
terjadinya gempa bumi tersebut!
Salah satu konsern utama mereka yang tinggal di kota itu adalah
melestarikan kesayangan mereka (dan terkenal!) yaitu Seni. Para ilmuwan
mampu memulihkan banyak potongan-potongan yang telah dikembalikan
setelah gempa atau berasal dari periode waktu sebelum letusan mematikan.
Rekonstruksi kota ini setelah gempa besar terhambat oleh gempa bumi
gempa bumi kecil yang datang lebih banyak dan lebih sering. Saat ini,
kita akan memahami ini sebagai pertanda untuk letusan gunung berapi yang
mengerikan. Mereka tidak menyadari hal ini pada waktu itu.
Ironisnya, letusan terjadi setelah perayaan festival dewa api,
Vulcanalia. Para ilmuwan percaya bahwa penyebab utama kematian bagi
mereka di Pompeii dan daerah sekitarnya adalah panas dan sesak napas
akibat abu. Diperkirakan suhu di sepanjang,setidaknya 10 kilometer di
sekitar Gunung Vesuvius adalah 250 ° C. Bahkan meskipun orang berada di
rumah mereka atau di sebuah bangunan, tidak akan pernah ada cara bagi
mereka bisa selamat dari panas yang luar biasa tinggi. Lebih buruk lagi,
orang-orang banyak yang terkubur di bawah dua belas lapisan tanah,
hingga 82 kaki tebalnya, dan setelah itu diguyur hujan hujan deras untuk
setidaknya enam jam.
Lava gunung Vesuvius menghapuskan keseluruhan kota tersebut dari peta
bumi dalam waktu relatif singkat. Yang paling menarik dari peristiwa ini
adalah tak seorang pun mampu meloloskan diri dari keganasan letusan
Vesuvius. Hampir bisa dipastikan bahwa para penduduk yang ada di kota
tersebut tidak mengetahui terjadinya bencana yang sangat singkat
tersebut. Jasad dari satu keluarga yang sedang asyik menyantap makanan
terawetkan pada detik tersebut. Banyak sekali pasangan-pasangan yang
tubuhnya terawetkan berada pada posisi sedang melakukan persetubuhan.
Yang paling mengagetkan adalah terdapat sejumlah pasangan yang
berkelamin sama, dengan kata lain mereka melakukan hubungan seks sesama
jenis (homoseks). Ada pula pasangan-pasangan pria dan wanita yang masih
ABG. Hasil penggalian fosil juga menemukan sejumlah mayat yang
terawetkan dengan raut muka yang masih utuh. Secara umum, raut-raut muka
mereka menunjukkan ekspresi keterkejutan, seolah bencana yang terjadi
datang secara tiba-tiba dalam sekejab.
Penggalian Pompeii sekitar pergantian abad ke-20 menemukan banyak gambar
erotis dan gambar penis dengan ukuran oversize dimana mana, bahkan pada
item rumah tangga. Penemuan ini sangat mengganggu bagi mereka yang
menemukan barang-barang ini dan temuan ini ada yang dihancurkan, dikubur
kembali atau terkunci di Museum Nasional Naples, Italia selama lebih
dari 100 tahun. "Seni" barang barang ini dipertontonkan kepada publik
setelah tahun 2000, dan tidak ada anak di bawah umur diizinkan untuk
melihat item ini.
Jelaslah bahwa Pompeii adalah Sodom dan Gomora jilid dua, dan Pemusnahan
Pompeii dari muka bumi oleh bencana yang demikian dahsyat ini tentunya
bukan tanpa maksud. Kalau kota Sodom benar benar dihancurkan oleh Tuhan,
kota pompei "diawetkan" oleh Tuhan agar kita bisa melihat, bagaimana
kesudahan orang orang yang meyimpang dalam perilaku seks nya.
Kendatipun semua peringatan ini, tidak banyak yang berubah di wilayah di
mana Pompeii dulunya pernah ada. Distrik-distrik Naples tempat segala
kemaksiatan tersebar luas tidaklah jauh berbeda dengan distrik-distrik
bejat di Pompeii. Pulau Capri adalah tempat di mana para kaum
homoseksual dan nudis (orang-orang yang hidup telanjang tanpa busana)
tinggal. Pulau Capri diiklankan sebagai “surga kaum homoseks” di
industri wisata. Tidak hanya di pulau Capri dan di Italia, bahkan hampir
di seantero dunia, kerusakan moral tengah terjadi dan sayangnya mereka
tetap saja tidak mau mengambil pelajaran dari pengalaman pahit yang
dialami kaum-kaum terdahulu.
Dan berapa banyak telah Kami binasakan umat-umat sebelum mereka. Adakah
kamu melihat seorangpun dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang
samar-samar? (QS 19:98)
Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang telah Kami binasakan, yang
sudah bersenang-senang dalam kehidupannya; maka itulah tempat kediaman
mereka yang tiada di diami (lagi) sesudah mereka, kecuali sebahagian
kecil. Dan Kami adalah Pewaris(nya) (QS 28:58)
Audzubillahi min Dzaalik