oleh: Hasan Ibrahim
(Al-Iqab) - Namanya Ahmad, ayah dari dua orang anak. Dia
seorang insinyur dalam bidang teknologi
informasi. Kami sering bertemu, walau jarang
berdialog. Beberapa kali dia pernah mengirim
artikel-artikel tentang teknologi ke email saya.
Saya pun tidak tahu apakah dia masih terus mengirim artikel ke email
saya, karena saya
sendiri sudah sangat lama tidak membuka email. Masjidlah yang setiap
hari mempertemukan kami
di waktu-waktu shalat. Orangnya ramah dan
selalu menjaga shalat berjamaah di masjid.
Kebetulan rumahnya persis di samping masjid
tempat saya biasa shalat. Menjelang jatuhnya
Mubarak, dia termasuk orang sibuk mengkoordinir para pemuda untuk ronda di
komplek tempat kami tinggal.
Setelah peristiwa pembataian missal oleh junta
militer terhadap ribuan pendukung presiden
pilihan rakyat di Rabeah Al-Adaweyah, munculah
gelombang demo besar-besar yang merata di seluruh Mesir. Di antaranya
adalah aksi demo
damai pada hari Jumat tanggal 16 Agustus 2013
yang di pusatkan di Ramses. Demo kali ini kembali
memakan korban jiwa, darah kembali tumpah,
dan rumah Allah kembali dinistakan. Masjid Fatah
Ramses yang berisi ratusan orang, diantaranya korban luka tembak dan
para wanita di kurung
selama berjam-jam oleh para preman di bawah
pengawalan militer pengkhianat. Selain itu ratusan
orang ditangkap dan dijebloskan ke dalam
penjara. Lantas apa hubungan antara Ustadz Ahmad
dengan peristiwa Ramses tersebut? Saya pun
tidak tahu. Yang saya tahu, sejak saat itu saya
tidak pernah lagi melihatnya di masjid. Setelah tiga minggu, ketika
selesai shalat Maghrib
tiba-tiba saya melihat Ustadz Ahmad berada di
shaf pertama. Bapak-bapak dan para pemuda
yang biasa shalat di masjid mendekat, menyalami,
memeluk Ustadz Ahmad. Terlihat mereka sangat
bahagia kembali bertemu dengan Ustadz Ahmad. Akhirnya saya bertanya
kepada seorang pemuda
yang ada di situ, "Ada apa dengan Ustadz Ahmad,
kenapa orang ramai mengelilinginya?" Ketika itulah saya baru tahu
bahwa Ustadz Ahmad
telah ditahan oleh pihak keamanan Mesir pada
hari terjadinya peristiwa Ramses, walaupun beliau
tidak ditangkap di daerah Ramses. Selanjutnya beliau ditahan di
penjara Thurah. Bagi
orang Mesir, penjara Thurah sudah sangat
terkenal. Penjara yang terletak di selatan Kairo ini
memiliki sejarah yang cukup panjang. Penjara ini
adalah penjara untuk tahanan politik dan pelaku
kriminal. Penjara ini di bangun oleh menteri dalam negeri Musthafa
Nuhas Basya pada tahun 1928
dengan tujuan untuk meringankan beban penjara
Abu Za`bal lama yang sudah sangat penuh.
Beberapa tokoh Islam pernah melewati hari-hari
mereka di dalam penjara ini, di antaranya Syeikh
Abdul Hamid Kisyk, Mohandis Khairat Syathir, Syekh Yusuf al-Qardhawy,
dan tokoh-tokoh
Ikhwanul Muslimin lainnya. Sekarang ini, wilayah
Thurah telah meliputi tujuh penjara. Apa saja yang dialami Ustadz Ahmad selama
berada di dalam penjara? Ikuti terus kisahnya! Alhamdulillah, beliau
tidak pernah mendapatkan
siksaan fisik, hanya kata-kata kasar dan cacian
yang sering beliau terima di hari-hari pertama.
Beliau dimasukkan ke dalam sel yang berukuran
lebih kurang 15 m x 15 m, yang dihuni oleh
delapan puluh orang. Di setiap sel diselipkan beberapa orang terpidana
kasus-kasus kriminal,
seperti kasus pembunuhan, perampokan, dan
pencurian. Mereka bukanlah orang yang baru hari
itu masuk penjara. Selanjutnya Ustad Ahmad menceritakan bahwa
orang-orang yang ditangkap bersama beliau
pada hari itu berasal dari berbagai kalangan dan
tingkat pendidikan yang beragam. Di antara
mereka ada yang sudah bergelar doktor,
magister, insinyur. Ada yang bekerja sebagai guru, karyawan di
perusahaan minyak, karyawan
di perusahaan telekomunikasi, dan lain-lain.
Secara umum, mereka adalah orang yang
mengenyam pendidikan secara baik. Mereka
inilah yang pada akhirnya membuat
pemandangan baru di dalam penjara. Mereka selalu shalat berjamaah,
membaca Al-Quran,
berdoa, berzikir, qiyamullail, puasa senin kamis,
bersih-bersih sel, dan bersih-bersih kamar mandi. Melihat hal ini,
para penjahat kriminal mulai
tersentuh dan tersadarkan. Mereka yang selama
ini tidak mengenal shalat dan tidak tahu cara
berwudhu' mulai belajar kepada penghuni baru
penjara. Mereka pun mulai rajin shalat, bahkan
shalat tahajjud. Setiap hari selalu ada pelajaran yang disampai oleh
mereka secara bergantian.
Mereka adalah da'i hakiki yang selalu menebar
kebaikan di mana pun mereka berada. Apakah
orang-orang seperti ini yang disebut teroris, yang
harus diperangi, dipenjara, bahkan dibunuh? Sebenarnya yang haq dan
yang bathil itu sudah
begitu nyata dihadapan kita, hanya mata hati dan
nurani kita saja yang telah buta. Allah—
Subhânahu wata`âlâ—berfirman: ِﺭﻭُﺪُّﺼﻟﺍ ﻲِﻓ ﻲِﺘَّﻟﺍ ُﺏﻮُﻠُﻘْﻟﺍ
ﻰَﻤْﻌَﺗ ْﻦِﻜَﻟَﻭ ُﺭﺎَﺼْﺑﻷﺍ ﻰَﻤْﻌَﺗ ﻻ ﺎَﻬَّﻧِﺈَﻓ Artinya: "Sesungguhnya
bukanlah mata itu yang
buta, tetapi yang buta adalah hati yang di dalam
dada." [QS. Al-Hajj: 46]. Ketika para keluarga tahanan kasus kriminal
datang menjenguk saudaranya, mereka kaget
dan bersyukur dengan perubahan yang terjadi
pada diri anggota keluarga mereka. Bahkan
diantara tahanan kasus kriminal ada yang minta
kepada keluarganya agar dibawakan Al-Quran agar ia bisa mengisi lebih
banyak waktunya
dengan Al-Quran. Sepertinya penjara itu tidak mampu memasung
ambisi para dai, tidak mampu memadamkan
semangat mereka, tidak mampu menyurutkan
langkah mereka, dan tidak mampu menyiutkan
nyali mereka. Benarlah ungkapan sebuah syair
yang artinya: "Wahai saudaraku, sesungguhnya engkau
merdeka di balik tembok-tembok itu...
Wahai saudaraku, sesungguhnya engkau
merdeka di dalam ikatan belenggu itu" Orang-orang yang biasa memakmurkan masjid
telah membuktikan bahwa mereka juga mampu
menghidupkan dan memakmurkan penjara. Dan
insyaAllah, orang-orang seperti merekalah yang
juga akan membangun dan memakmurkan
negeri ini. Negeri para nabi ini sangat tidak layak diurus oleh para
pengkhianat, pembunuh, dan
perampok. Saya sempat bertanya kepada Ustadz Ahmad
tentang teman-teman beliau yang dipenjara di sel
yang sama, apakah mereka sudah dibebaskan
seperti Ustadz Ahmad. Beliau menjawab bahwa
sebagian mereka sudah dibebaskan, tetapi ada
lagi orang-orang yang baru ditangkap dan dijebloskan ke dalam sel itu
karena menentang
kudeta. Saat ini pemerintah kudeta akan membangun tiga
penjara baru, dan suatu saat nanti insyaAllah
mereka sendiri yang akan mengisi sel-sel penjara
itu, tutur Ustadz Ahmad mengakhiri dialog kami.
*sumber: fb Zulfi Akmal