(Al-Iqab) - Situasi murka dan marah serta aksi protes semakin
meluas di Tepi Barat. Perlawanan bersenjata
menghadapi kekerasan dan kejahatan penjajah
zionis dan pemukim yahudi, serta otoritas
Palestina di Ramallah yang menggelar sejumlah
perundingan sepihak tanpa legalitas rakyat dan koordinasi keamanan
dengan Israel telah
menciptakan situasi "mendidih" ibarat kubangan
gunung berapi di Tepi Barat. Situasi di Tepi Barat
seperti ini terbuka bagi segala kemungkinan,
diantaranya meletusnya Intifadah kembali. Pengamat politik Eyad
Al-Qara mengatakan bibit-
bibit Intifada di Tepi Barat semakin membesar.
Akan tetapi realitas mengatakan, seluruh
fenomena kekerasan penjajah zionis atau otoritas
Palestina dan kordinasi keamanan antara mereka
telah gagal menciptakan keamanan pagi warga dan harga Palestina.
Sebaliknya, justru
memberikan keamanan kepada warga yahudi dan
pasukan penjajah zionis. Qara menegaskan dalam pernyataan khususnya
kepada Info Palestina, aksi unjuk rasa yang
dilakukan oleh para pemuda semakin hari
semakin membesar terutama pada saat penjajah
Israel dan otoritas Palestina berusaha untuk
membubarkan aksi tersebut. Ia mengakui, saat ini realitas perlawanan
di Palestina sangat sulit dan
pahit di tengah kekerasan dan tindakan represif
yang dilakukan oleh otoritas Palestina. Dia mengisyaratkan
indikasi-indikasi terakhir
kelompok perlawanan semakin menguat untuk
meletuskan Intifadhah selama beberapa hari
terakhir. Dua hari lalu pasukan zionis menemukan
serdadu mereka terbunuh di dekat Qalqiliah.
Setelah diteliti serdadu Israel itu dibunuh seorang warga Palestina
Nabil Amer. Ia membunuh sedar
Israel untuk ditawan dan sebagai pertukaran
untuk membebaskan saudaranya yang ditawan
oleh Israel. Akan tetapi terpaksa dia membunuh
serdadu tersebut. Pekan lalu seorang serdadu Israel di tembak
sniper Palestina dengan cara yang sangat
profesional sehingga tidak terdeteksi pelakunya.
Hal ini menghentak Israel dan terpukul. Karena hal
itu tidak pernah terjadi selama tahun 2012 dan
tahun 2013. Operasi Pribadi Pemicu Intifadah Seorang kolumnis dan
ketua Pusat Kajian Masa
Depan Ibrahim Madhun, menegaskan apa yang
terjadi di sebelah barat adalah respon spontan dari
warga Palestina terhadap berbagai tindakan
kekerasan yang mereka alami. Dia menegaskan
situasi yang dihadapi warga Palestina tersebut akan sangat sulit
karena banyaknya perlintasan
yang dipasang oleh zionis. Aksi-aksi kekerasan
yang dilakukan oleh warga Yahudi, yahudisasi
pemerintah zianisti, dan kegagalan politik yang
dilakukan Otoritas Palestina karena korupsi
menciptakan kencuran ekonomi. Operasi-operasi serangan separatis yang
dilakukan oleh personal Palestina di Tepi Barat
terus terjadi. Ini mirip dengan apa yang terjadi
menjelang Intifadah pertama tahun 1987. Dia
menilai, penghalang satu-satunya antara rakyat
dan revolusi Intifadah adalah otoritas Palestina dan politik
koordinasi keamanan yang
belakangan mereka lakukan dengan Israel. Madhun menegaskan situasi
umum di Tepi Barat
sangat rentan meletuskan Intifadhah karena saat
ini wilayah Tepi Barat dikepung oleh aksi
pendudukan zionis. Kota Al-Quds hampir
menghilang dari mereka karena yahudisasi. Makin
hari semakin banyak warga yang kecewa dan marah dan mereka tidak akan
bisa melampiaskan
kecuali dengan turun ke jalan. (pip)